Masih adakah Guru Ideal Sekarang? | coretan dinding sekolah

Masih adakah Guru Ideal Sekarang? | coretan dinding sekolah

Yaitu guru yang itu Kehadirannya selalu ditunggu-tunggu, mengajarnya bisa memahamkan, ucapannya penuh perhatian, wawasannya selalu bertambah, selalu meninggalkan jejak mengajar

Tidak ada yang bisa menyangkal kalau maju atau tidaknya sekolah terletak pada kekuatan manajemen seorang kepala sekolah dan kemampuan mengajar para guru. Kepala sekolah adalah sosok yang mengatur arah dan jalannya sekolah mau dibawa kemana. Pembawa keputusan teknis yang terjadi di sekolah, dia harus tahu dan sigab mengambil keputusan. Kalau diibaratkan kepala sekolah itu seperti orang yang sedang memegang tombak.

Sedangkan guru adalah ujung tombaknya, senjata utama yang dipakai sekolah untuk menyerang lawannya. Idealnya ujung tombak itu tajam, jika demikian pasti musuh seperti apapun akan mati jika tertusuk dengan tepat. Sama halnya dengan guru ideal yang menguasai berbagai hal dan bisa menjadi contoh bagi anak didiknya.

Dalam metafora ini, siswa diibaratkan sebagai tombaknya, dia hanya mengikuti apa yang diajarkan oleh guru dan bagaimana sekolah mengarahkannya. Jika diajarkan dan diarahkan dengan baik, para siswa akan lihai dalam mengimprovisasi apa yang telah dipelajarinya.

Tulisan ini akan fokus membahas ujung tombak di sekolah, GURU. Bagaimana seharusnya dia ada di sekolah, apa saja yang harus dilakukan, apa saja yang harus dikuasai dan lain-lain.

Guru Ideal itu..... Harus bisa berangkat pagi tiap hari

Banyak hal yang bisa dilakukan di pagi hari, menyapu, membersihkan meja guru, mempersiapkan materi untuk mengajar nanti, belajar hal baru, atau sekedar santai-santai di sekolah. Hal ini penting karena dengan berangkat di pagi hari paling tidak dia sudah merasa tenang, bayangkan saja jika guru tersebut selalu berangkat jika ingin mengajar saja. Masih gugup, lelah di perjalanan belum istirahat dan bisa jadi mengajarnya juga kurang persiapan. Banyak sekali yang bisa dilakukan, toh di sekolah juga tidak cuman mengajar, banyak urusan lain di sekolah itu.

Siswa paling tidak sudah merasa tenang ketika berangkat ke sekolah sudah disambut guru-gurunya. Tidak kok ketika siswa datang sekolah masih sepi terkunci, dan dia datang pertama kali. Nanti ndak terjadi hal-hal yang diluar pengawasan sekolah. Siswa juga jadinya akan mencontoh untuk datang pagi dan tidak telat. Kalau gurunya saja telat, bagaimana kondisi siswanya?

Intinya manfaatnya banyak sekali ketika guru berangkat ke sekolah pagi-pagi setiap hari. Jadi guru ideal itu harus bisa berangkat pagi setiap hari.

Guru Ideal itu..... Harus perhatian dan peka

Kalau hanya sekedar mengajar dan memberi pelajaran, berbagai aplikasi belajar sekarang sudah bisa menggantikan peran guru dan sekolah. Perbedaan yang paling mendasar adalah faktor perhatian (kemanusiaan) guru. Guru yang ideal akan selalu ingat dan memperhatikan setiap gerak muridnya seperti gerak gerik anaknya di rumah. Siapa hari ini yang tidak berangkat, muridnya sedang sakit apa, bahkan jika muridnya melenceng aturan biasanya sang guru akan memikirkan bagaimana caranya biar murid ini bisa benar lagi apakah dengan hukuman, peringatan atau lainnya. Berbeda dengan belajar di tempat les atau aplikasi belajar, di sana hanya dapat materi tanpa belaian kasih dan perhatian yang nyata. Memang perhatian ekstra ini tidak untuk setiap murid, tapi guru akan tetap masih ingat alumninya walaupun sudah bertahun-tahun.

Murid juga akan lebih senang dan semangat jika diperhatikan oleh gurunya. Coba, kalian pasti pernah merasakan sebagai siswa, bagaimana rasanya jika dipanggil nama anda bukan ciman 'hey kamu'. Bagaimana rasanya jika pekerjaanmu di apresiasi dan di pajang di sudut sekolah. Bagaimana rasanya pertanyaan atau pendapatmu dipuji dan ditanggapi dengan antusias. Senang bukan? Begitulah rasanya jika menjadi siswa yang diperhatikan. 

Peka dan perhatian tidak hanya pada siswa, lingkungan sekolah itu sangat komplek dan urusan sekolah juga begitu banyak. Jangan kira sekolah hanya tentang mengajar. Tinggalah di sekolah lebih lama dari biasanya, lihatlah sekitar pasti ada yang butuh uluran tangan anda. Lihatlah, peka lah, perhatikan lah...

Intinya, yang menjadikan pembeda antara guru di sekolah dengan pengajar di bimbel atau di aplikasi belajar adalah perhatian dan kepekaan guru. Jadi seorang guru ideal harus bisa peka dan memperhatikan, terutama muridnya.

Guru Ideal itu..... Harus update informasi terkini

Dunia selalu update dan berubah, mulai dari hal-hal receh hingga masalah penting baik di skala kabupaten, provinsi, nasional hingga internasional. Perkara ini harus dipahami oleh guru ideal, paling tidak dia tahu sedikit, judulnya lah minimal. Sehingga ketika mengajar bisa menghubungkan materi dengan kejadian nyata yang ada. Atau hanya sekedar intermezzo di sela sela pelajaran atau di awal pelajaran untuk pemanasan atau pelemasan suasana.

Memang terkesan receh dan tidak penting. Tapi guru yang tahu berbagai masalah terkini dan terupdate akan selalu selangkah lebih maju dengan yang lain. Mosyok malah lebih update dan paham muridnya daripada gurunya, kan malu. 

Apalagi sekarang berita dan update informasi itu bisa dengan mudahnya didapatkan tanpa harus beli koran dan TV. Internet sudah sangat memudahkan dengan segala platform, media dan aplikasinya. Yang pengen hemat kuota bisa baca berita di portal web-nya, yang males baca bisa lihat YouTube, ada juga FB, IG atau Twitter yang bisa berinteraksi langsung dengan sesama netizen. Bagi yang malas mencari sekarang banyak sekali launcher atau aplikasi yang menyuguhkan berita update setiap harinya. Tanpa mencari pun kita sudah di update kan berita. Kalau saya pakai google launcher, tinggal slide kanan sudah tersaji berita update sesuai dengan preferensi saya pribadi. Di tengah dunia informasi seperti ini tinggal kita mau atau tidak untuk belajar dan mencari.

Intinya guru harus update berita terkini, jangan sampai kalah update dengan murid-murid. Jadi, seorang guru yang ideal itu harus update informasi terkini.

Guru Ideal itu..... Harus paham teori-teori pendidikan, terutama yang terbaru

"Aku sudah belajar banyak teori pendidikan kok." Kapan? Waktu kuliah? Terus sekarang masih ingat? 

Belajar itu tidak cukup sekali, karena ilmu itu selalu berkembang, dan di dalam dunia perkuliahan S1 pun tidak sedalam dan seluas itu ketika mempelajari teori pendidikan. Teori-teori pendidikan berisikan tentang sudut pandang yang bermacam-macam ketika melihat murid, guru atau pendidikan secara umum. Karena menjalani hidup itu hanya tentang sudut pandang. Guru ideal yang mempunyai wawasan luas dan sudut pandang yang lebar akan melihat masalah di sekolah berbeda dengan orang yang sudut pandangnya sempit. Mungkin sulit di deskripsikan disini, tapi kalian tahu lah…

Tidak harus nyethuk belajar teori pendidikan banyak sebulan 1 buku teori sepanjang tahun. Paling tidak di update setahun membaca buku 1 atau 2 kali sudah cukup, lebih banyak lebih baik. Tapi jangan terlalu banyak juga. Sebab nanti anda hanya jadi guru teoritis, padahal utamanya guru itu praktiknya. Walaupun terkesan tidak penting, justru ini yang membedakan guru lulusan pendidikan dan lulusan jurusan ilmu murni yang mengajar. Mereka tidak mempelajari tentang teori pendidikan dan filsafatnya, akhirnya hanya mengajar sekenanya tanpa mempertimbangkan kondisi siswa, lingkungan dll.

Intinya guru yang membedakan guru ideal dibandingkan dengan lulusan ilmu murni adalah mempelajari tentang teori pendidikan terbaru agar wawasan dan sudut pandangnya semakin luas. Jadi, guru ideal harus mempelajari lagi teori teori pendidikan.

Guru Ideal itu..... Harus bisa memahamkan muridnya

Inilah tugas utama seorang guru manapun. Untuk apa dia mengajar kalau muridnya tidak paham? Untuk apa dia capek capek mengajar kalau hanya menuruti kemauan pemerintah tapi murid tetap juga tidak paham. Mengapa harus mengejar menyelesaikan semua materi kalau materi yang lalu saja murid tidak paham? Untuk apa?

Guru harusnya bisa mengajar dengan segala cara yang mungkin agar muridnya paham. Disini kemampuan dan kemauan guru diuji. Bagi guru yang memang malas malasan dan tidak peduli dengan siswanya akan mengajar, ya mengajar saja tanpa memedulikan dia paham atau tidak. Yang penting lanjut saja dalam mengajar.

Tidak bagi guru ideal yang memodifikasi cara mengajarnya agar muridnya bisa paham. Nilai dalam ujian memang bisa mencerminkan kepahaman murid, tapi angka bukanlah segalanya. Ya paling tidak anak itu paham lah sedikit sedikit, ingat lah sedikit sedikit, bisa lah mengerjakan. Tidak kok terus pelajarannya lalu lalang. Hanya sekedar mengajar memenuhi kewajiban…

Intinya tugas utama guru adalah memahamkan anak bagaimanapun caranya, inilah yang membedakan antara guru dan google. Guru itu mengajar agar paham, google memberikan informasi saja. Jadi, guru ideal itu harus bisa memahamkan muridnya ketika mengajar.

Guru Ideal itu..... Harus bisa menstimulasi kreativitas anak

Tugas utama guru itu hanya mengajar dan membuat paham, guru ideal yang sesungguhnya juga mampu untuk menstimulasi kreativitas anak agar mengembangkan apa yang telah dipelajarinya. Memang ini tingkat lanjut yang lebih sulit dari kebanyakan. Tapi jika ini dilakukan banyak sekali potensi anak yang akan meledak menjadi karya atau menjadi api kecil di dalam dirinya yang semakin lama membesar menjadikannya orang sukses di kemudian hari.

Anak anak yang juara lomba, mampu membuat karya spektakuler, melakukan berbagai riset, melahirkan sebuah penemuan dan tertanam semangat hidup yang kuat di usia sekolah merupakan hal yang tidak dijumpai di semua siswa. Salah satu faktor penyebabnya adalah motivasi dan bimbingan dari guru yang selalu mendukung dan menstimulasi kemampuan anak agar selalu optimal. Tidak mungkin anak-anak berprestasi lahir dari lingkungan sekolah yang tidak mendukungnya.

Untuk melakukan seperti ini idealnya guru harus selesai dengan dirinya sendiri dan punya pengalaman yang banyak di bidangnya. Jika dia sudah pernah juara lomba kaligrafi tingkat nasional, pasti dia bisa memotivasi dan melatih anak didiknya untuk mengikuti jejaknya. Namun jika dia belum pernah ikut lomba sama sekali, alan sulit baginya untuk menstimulasi dengan optimal.

Intinya, guru yang ideal itu mampu membuat muridnya berkarya lebih, melakukan sesuatu lebih dari sekedar pelajaran di kelas atau paling tidak muncul semangat kecil di dirinya yang mengantarkannya ke masa suksesnya. Jadi, seorang guru ideal harus bisa menstimulasi kreativitas anak 

Guru Ideal itu..... Harus bisa memodifikasi materi yang akan diajarkan

Materi pelajaran selalu berubah menyesuaikan kondisi zaman, lokasi, sarana prasarana maupun kondisi siswanya. Guru ideal seharusnya bisa mengubah materi pelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang ada. Jangan mencontohkan kereta api di tempat yang betul betul tidak bisa mengakses kereta api, seperti di tengah pulau kecil atau di Indonesia bagian timur dll.

Memberikan contoh harus sesuai dengan sesuatu yang sangat berhubungan dengan murid, yang melekat di kehidupan sehari-harinya. Misalnya sekarang musim layang-layang. Banyak sekali pelajaran atau teori yang diambil dari situ, luas kertas, panjang bambu, hukum angin, kekuatan senar dan masih banyak lagi. Pelajaran-pelajaran seperti itu akan sangat masuk di pikiran anak-anak karena memang mereka melakukannya sendiri, bahkan tanpa disuruh di pelajaran. Tapi sebelumnya guru juga harus masuk ke dunia layangan dan mengikuti perkembangan walaupun sedikit.

Ketika pikiran anak dan guru sudah satu frekuensi, pelajaran apapun akan masuk dengan mudah. Contoh yang diberikan akan langsung ditangkap anak tanpa pikir panjang dan membayangkan sesuatu yg tidak nyata.

Makanya sebenarnya saya pribadi menginginkan kurikulum dan materi pelajaran yang bebas di luar kekangan dari pusat. Yang penting materi apa saja yang harus dipelajari dalam 3 tahun ini, atau paling tidak dalam 1 tahun ini. Untuk urutannya bisa disesuaikan berdasarkan musim yang sedang hits. Atau bisa juga mengikuti urutan yang ada. Dengan begitu materi yang disampaikan bisa menyesuaikan kondisi yang ada. Kalau memungkinkan malah justru materi pelajaran sekolah membawa musim permainan baru di lingkungan sekolah. Hal ini mungkin terjadi jika gurunya kreatif dan inovatif menangkap peluang dan membaca situasi.

Intinya, kondisi lingkungan, sarana prasarana dan kondisi siswa itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pelajaran. Ketika contoh materi pelajaran yang diajarkan itu sangat dekat atau bahkan sudah menjadi sesuatu yang melekat dengan siswa, nantinya murid akan semakin cepat paham. Jadi, guru ideal itu harus bisa memodifikasi materi menyesuaikan kondisi yang ada.

Guru Ideal itu..... Harus mempunyai jejak mengajar atau portofolio

Saya masih ingat ketika membaca bukunya pak Munif Chatib tentang pembicaraan guru dan pilot yang saling mengunggulkan pekerjaannya. Singkat cerita mereka sama sama unggul dalam hal kehebatan, dan manfaat dari pekerjaannya. Tapi sang guru tidak bisa menjawab ketika sang pilot menyodorkan bukti jam terbang lengkap dengan rekaman black box, tujuan dan asal terbang, durasi, jenis pesawat, penumpang dll. Sedangkan sang guru tidak punya bukti dokumen apapun walaupun sudah mengajar puluhan tahun.

Dokumen dan administratif guru terkesan memberatkan, ribet dan tidak ada gunanya. Tapi itu merupakan satu-satunya bukti perjalanan mengajarnya. Apa yang diajar, menggunakan metode apa, caranya bagaimana, kalau cara ini sukses atau tidak, kalau dengan itu gagal atau tidak dan lain sebagainya. Kalau tidak ada dokumen seperti itu apa buktinya anda mengajar selama 10 tahun?

Memang apa yang diminta pemerintah terlalu banyak dan beberapa seperti tidak ada gunanya. Makanya saya pribadi ingin dokumen pembelajaran itu ringkas dan berguna untuk guru, siswa dan kepala sekolah. Cukup bagian perencanaannya seperti apa, pelaksanaan nya seperti apa terus hasil evaluasinya seperti apa. Kemudian di akhir semester semua itu di rekap dijadikan 1 dokumen utuh yang ringkas dan padat.

Selain dokumen pembelajaran, guru juga sangat mungkin untuk melakukan riset berbasis sekolah atau kelasnya. Tulisan itu diterbitkan dalam jurnal atau diseminarkan dalam konferensi nasional. Hal itu banyak sekali manfaatnya, bisa mengangkat derajat sekolah, guru juga punya jejak riset yang bagus, dan tidak jarang ada yang mendanai proyek penelitian seperti itu.

Intinya dokumen pembelajaran itu sangat penting sebagai jejak mengajar dan sebagai referensi untuk mengajar selanjutnya. Jadi, guru ideal harus bisa mempunyai jejak mengajar atau portofolio

Jadi Guru Ideal Itu…..

Sangat sulit ditemukan. Ya di dunia ini mungkin ada guru ideal seperti yang saya kemukakan di awal. Tapi jumlahnya sangat sedikit, dia harus menguasai semua kompetensi yang ada. Bisa memotivasi diri dan lingkungannya (kompetensi kepribadian). Terus bisa peka dan perhatian kepada setiap anak dan kondisi sekolah (kompetensi sosial). Semua materi pelajaran sudah dikuasai ditambah dia selalu update informasi dari media manapun. Ditambah bisa memodifikasi materi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi (kompetensi profesional). Disempurnakan dengan cara mengajar yang mantab, memahamkan dan bisa menstimulasi kreativitas siswa (kompetensi pedagogik). Teorinya matang, praktiknya mantab. Hebat sekali.

Paling tidak jika kita tidak bisa sepenuhnya menguasai semua kriteria guru ideal, kita sedikit sedikit lah menjadi guru yang ideal. Kalau gurunya saja malas-malasan, apalagi siswanya. Kalau gurunya saja tidak ideal bagaimana menuntut guru yang ideal?

Coretan di dinding sekolah ini juga merupakan introspeksi untuk diri saya sendiri yang belum juga menjadi guru yang ideal.


Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: