Pendidikan Integrasi-Interkoneksi (1): Islam yang Membuang Experimental Scientist

Pendidikan Integrasi-Interkoneksi (1): Islam yang Membuang Experimental Scientist

 Beberapa waktu lalu, tepatnya 28 November 2015 KSiP Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SuKa Yogyakarta (yang diupload adalah desain bannernya). Dengan menjadikan Profesor guru besar fakultas hukum UIN SuKa sebagai pembicara utama, Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D. Nama yang begitu besar dikalangan UIN dan di asosiasi profesor di Amerika, terutama di Harvard.

 Beliau membeberkan alasan mengapa Islam mundur dalam beberapa waktu ini setelah mencapai masa kejayaannya dalam pada abad ke-12. Dulu pada masa kejayaannya keilmuan Islam sangat komprehensif. Mulai dari keilmuan islam itu sendiri, seperti keilmuan ibadah praktis (fiqh), metodologi (ushul fiqh), teologi (tasawuf), linguistik (i’rob), budi pekerti (akhlak) maupun keilmuan berpayung islam lainnya. Adapun beberapa keilmuan lain juga sangat berkembang pada masa itu seperti ilmu kedokteran, logika, filsafat, matematika, biologi, fisika, perbintangan, ilmu bumi hingga teknologi maupun beberapa keilmuan sains lainnya. Begitu kompleksnya keilmuan zaman dahulu, hingga beberapa teori ditemukan oleh ilmuan muslim sendiri.

Naasnya setelah dinasti abasiyah runtuh, begitu juga dengan kemajuan keilmuan Islam. Entah siapa yang mempelopori dengan sengaja atau tidak sengaja Islam telah membuang hal yang lebih berharga dari emas satu gudang penuh, Keilmuan. Experimental Scientist (begitu Prof. Yudian menyebutnya) telah dibuang dari pustaka keilmuan Islam itu sendiri, sehingga barang yang berharga itu sekaran jatuh ke tangan orientalis barat. Paska runtuhnya dinasti keemasan seakan-akan Islam kembali lenyap dari peredaran dunia. Hal ini diakibatkan oleh satu hal, Experimental Scientist.

Efeknya berimbas hingga saat ini kita melihat sepertinya keilmuan Islam sangatlah sempit, hanya terbatas Quran dan Hadist, lebih luas lagi mungkin hanya sampai level ibadah, baik itu keatas (dengan Tuhan) ataupun kesamping (dengan masyarakat). Keilmuan kategori umum yang masih dianggap oleh Islam hanyalah kemampuan linguistik bahasa. 

Bersambung seri Pendidikan Integrasi Interkoneksi (2)
Salam Volunteer
Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: