AKU PENGEN BANGET JADI VLOGGER: Mirisnya Sosial Media Indonesia Sekarang

AKU PENGEN BANGET JADI VLOGGER: Mirisnya Sosial Media Indonesia Sekarang


Suatu pagi yang cerah, seorang guru bertanya kepada anak-anaknya terkait cita-citanya kelak:
Ibu guru : Andy, kalau besar pengen jadi apa?
Andy : ingin jadi Selebgram bu!! (jawabnya dengan lantang)
Ibu Guru : Wow... terus kamu Shelly?
Shelly : Aku ingin jalan-jalan keliling Indonesia dan Dunia terus makan-makan disana terus buat
                  video sehari-hari seperti  di YouTube terus terkenal.
Ibu Guru : Mantaaab. Terus kalau kamu edho?
Eddo : Aku hobinya main game di HP bu, jadi aku pengen ngegaaaaaame terus seharian biar
                  juara terus aku upload di YouTube terus dapat uang banyaaak. Boleh kan Bu?

Mungkin ini yang akan terjadi beberapa tahun yang akan datang, atau malah mungkin sekarang sudah ada beberapa anak generasi milenial yang punya gambaran seperti itu. Zaman saya masih kecil dulu, orang-orang mempunyai cita-cita jadi dokter, guru, polisi, pilot, tentara, pemadam kebakaran, perawat, insinyur, dosen, bahkan presiden. Cita-cita yang berbasiskan profesi atau posisi tertentu yang hanya bisa dicapai dengan jenjang pendidikan tertentu. Seorang tidak akan bisa menjadi polisi tanpa masuk ke akademi polisi dulu, seorang tidak bisa menjadi dokter kecuali dia kuliah di jurusan kedokteran dulu. Hal ini yang membuat jurusan kuliah berbasis pekerjaan ramai diincar orang banyak, sedangkan jurusan non-pekerjaan sepi peminatnya. Kita lihat saja seberapa ramai fakultas kedokteran, pendidikan, dan akademi militer jika dibandingkan fakultas filsafat, dakwah, atau sejenis keilmuan murni. Euophorianya berbeda jika kita rasakan saat penerimaan mahasiswa baru, mungkin para orang tua juga sinis saat melihat anaknya kuliah di jurusan yang tidak bergengsi dan kurang menjanjikan pekerjaannya kelak. “Mau jadi apa kamu setelah lulus nanti kalau kuliah di jurusan ini?” Posisi yang memang dilematis sebenarnya. Namun semakin lama kondisi ini semakin pudar, sekarang pemerataan minat ke jurusan non-profesi juga semakin sama. Hal ini juga mengakibatkan banyak orang yang bekerja namun tidak linier dengan jurusannya, atau malah gelar sarjana atau master hanya sekedar tambahan nama saja, tidak lebih. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini sebenarnya, salah satunya SOSIAL MEDIA INFLUENCER.

Di tahun 2018 ini Sosial media semakin lama semakin gencar mengontrol emosi para warga Indonesia. Hanya dengan 5 menit video di YouTube ditambah beberapa cuitan di Tweeter dan thumbnail yang menarik di IG disertai caption yang menghebohkan, maka jadilah viral berita itu di Indonesia di seluruh media masa. Hal viral ini tidak hanya sekedar viral, tapi secara tidak langsung juga pasti mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia kala itu. Iya kalau memang yang diviralkan sesuatu yang mengedukasi atau mendidik masyarakat, Nha ini kebanyakan yang menjadi viral justru sesuatu yang tidak penting atau malah viral di saat ada yang nyinyirin orang atau sering juga viral pada sesuatu yang hoax dan yang paling sering masyarakat kita sering terpancing dengan klik bait. Terkadang saya hanya bisa geram sendiri melihat kondisi sosial media Indonesia seperti sekarang ini. Mentok-mentok cuma jadi perbincangan santai di warung kopi sambil bermain remi dengan sahabat-sahabat karib. Ya bagaimana lagi, ada yang bilang ini disebabkan karena tingkat pengetahuan orang-orang Indonesia masih kurang namun rasa ingin tahunya sangat tinggi. Makanya klik bait-klik bait pada laris diminati. Isu-isu hangat dan panaspun sering kali jadi pembicaraan yang tidak ada gunanya. Katanya juga memang masih ada orang yang suka banget nyinyirin orang lain yang sebenarnya tidak ada pengaruh ke dia juga. Ya.. bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini. Ada yang bilang lagi bahwa hal ini sebenarnya hanya kegagapan dan kagetnya orang Indonesia saja dengan Internet, IG, FB, Tweeter, YouTube dan sosial media lainnya. Diprediksi bahwa jika para influencer dapat mengedukasi dengan tepat, nanti beberapa tahun ke depan Indonesia semakin siap teknologi sehingga tidak akan terbawa arus globalisasi namun yang menciptakan iklim globalisasi dunia. Hal ini sangat mungkin terjadi jika semua pihak mendukung termasuk pemerintah dan para orang-orang yang bekapabilitas turut serta dalam euophoria ini.

AKU PENGEN BANGET JADI VLOGGER

Seperti yang lagu yang didendangkan Cameo Project dalam sebuah video pendeknya, sekarang banyak sekali vloger-vloger baru yang merambah youtube, IG, dan tweeter. Padahal sebenarnya isi kehidupan mereka juga tidak penting-penting amat untuk diketahui banyak orang. Malah vloger seperti itu membuka privasi orang sehingga dia bisa jadi tidak punya ruang pribadi untuk hidup. Namun semakin lama malah semakin banyak hal-hal seperti itu, layak dia orang penting saja ingin diketahui banyak orang. Inilah manusia, mempunyai sifat akan eksistensi yang tinggi. Ingin dikenal banyak orang dan meninggalkan warisan kepada dunia bahwa dia pernah ada. Kembali ke dialog yang disampaikan di artikel ini bahwa mungkin zaman sekarang banyak yang ingin menjadi selebgram, vlogger atau youtuber. Di mana semua orang ingin dikenal dan menunjukkan eksistensi dirinya pada dunia. Sebenarnya mengutip dari om Deddy Corbuzier dalam sebuah videonya menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada profesi itu, karena sosial media hanyalah sarana atau media masa saja. Sedangkan pekerjaan aslinya entertainer, musisi, gamer, motivator dll, satu lagi istilah salah kaprah yang umum di telinga masyarakat.

Nha, disini saya kang siddicq ingin menjadi sosial media influencer di bidang pendidikan baik itu melalui web ini, IG, FB dan harapannya masuk ke ranah Youtube. Karena jika kita melihat sosial media sekarang sangat sedikit orang profesional atau lebih spesifik orang pendidikan yang ngomong pendidikan di media sosial sebagai Social Media Influencer. Om Deddy Corbuzier adalah magician, presenter, dan entrepreneur yang kadang bicara pendidikan, Om Anji (Dunia MANJI) adalah musisi dan entertainer yang kadang juga mengedukasi. Najwa Shihab adalah jurnalis dan presenter yang juga mengedukasi masyarakat. Namun saya belum pernah lihat orang dengan background pendidikan bicara pendidikan dan mengedukasi masyarakat terkait dunia pendidikan di media mainstream. Sungguh miris. Ya... bukannya saya seorang profesional pendidik, atau orang yang berkapabilitas di dunia pendidikan. Tetapi saya mencoba masuk ke dunia Social Media Influencer untuk mewarnai dunia media sosial dengan nilai-nilai pendidikan universal dan kepesantrenan. Semoga niat baik ini tidak dilunturkan oleh Allah, tapi justru dipupuk dan dikembangkan terus menerus sehingga menjadi National Social Media Influencer.

Saya meyakini bahwa untuk pertama kali tidak harus bagus dan sempurna, yang penting ADA dulu. Jika sudah ADA maka kita bisa mengoreksinya dikemudian hari sehingga bertambah bagus dan sempurna. Jika kita memikirkan hal bagaimana bagus dan sempurna dari awal, niscaya tidak akan pernah memulai.

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: