Marhaban Ya Ramadhan: Momentum Bulan Perubahan

Marhaban Ya Ramadhan: Momentum Bulan Perubahan


Marhaban Ya Sahru Ramadhan, 
Marhaban Sahru Siyam
Marhaban Sahru 'Ibadah
Marhaban Ya Khairo Kholqillah

Alhamdulillah puasa tahun 2018 ini jatuh pada tanggal 17 Mei, artinya kita memasuki bulan baru dengan kebiasaan baru, pola makan baru, pola tidur baru, dan semoga pola ibadah yang baru pula. Selamat datang bulan Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan. Sebelum kita membahas lebih lanjut, dan mumpung ini adalah awal puasa, sebenarnya apa sih makna dari Marhaban ya Ramadhan. Jangan-jangan kita berulang kali mengucapkan kata marhaban namun tidak tahu arti dan makanya... Menurut Mbah Yai Quraish Shihab dalam video yg diupload anaknya menerangkan bahwa Marhaban yang sering kita ketahui dengan arti selamat datang, memiliki makna yang lebih luas, berasal dari akar kata rahba berarti ruang yang luas dan lapang. Seseorang yang disambut dengan baik dia dipersilahkan masuk ke tempat yang luas dan merasa tidak sempit. Hal tersebut menggambarkan jiwa, perasaan lega begitu lapang menyambut adanya tamu. Jadi saat kita mengucapkan Marhaban ya Ramadhan artinya kita benar-benar menyambut datangnya bulan ramadhan dengan perasaan yang se-lega-leganya tanpa adanya perasaan "nggrundel". Kalau kita masih belum menerima sebulan penuh kita puasa, atau sudah berpikiran negatif terkait adanya bulan puasa ya.... jangan teriak-teriak di medsos Marhaban ya Ramadhan. Kalimat itu ditulis agar bulan ini mendapatkan tempat yang layak di hati setiap orang Islam.

Makna kedua yakni berasal dari kata Marhab yang berarti stasiun tempat kendaraan mengambil bekal sekaligus memperbaiki apa yang rusak dari kendaraan itu. Sehingga seoalh-olah kita berkata wahai bulan ramadhan kami akan mengambil bekal darimu dan memperbaiki jiwa, perilaku, pola hidup dll supaya kami bisa melanjutkan perjalanan setahun berikutnya dengan selamat sampai tujuan. dan semoga ditahun berikutnya bisa bertemu stasiun ramadhan lagi, lagi dan lagi hingga ajal menjemput dikala kita sudah menyelesaikan perjalanan dengan bekal yang cukup. Bulan Ramadhan ini adalah suatu momentum yang sangat tepat untuk berubah jika kita melihat definisi marhaban yang kedua ini. Di bulan ini kita dipaksa untuk merubah pola makan kita, pola tidur, pola beribadah, menjaga hawa nafsu, menjaga mata, menjaga mulut, dan menjaga yang lain-lainnya. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita mampu untuk berubah. Tidak hanya sekedar mimpi atau keinginan saja, kalau kita kerjakan dengan sungguh-sungguh dengan rutinitas yang stabil. Insyaallah perubahan yang baik akan benar-benar terjadi.

Sabda Nabi mengatakan bahwa selama bulan ramadhan setan-setan dan pintu neraka ditutup sekaligus dibuka seluas-luasnya pintu rahmat dan pintu surga. Oleh karena itu inilah moment kita saat sebenarnya tidak ada efek jahat yang akan mempengaruhi perilaku kita secara hakiki. Pengaruh dari luar semuanya bersifat positif, maka ini saat yang tepat untuk melaksanakan semua perilaku-perilaku positif dan memberantas perilaku negatif. Mumpung pengaruh negatif dari luar tidak ada, hilangkan saja sedikit-demi-sedikit.

Inilah saatnya kita melakukan aksi-aksi perubahan dengan lapang dada. Tidak ada lagi keinginan dengan kata "kalau besok... kalau besok... besok sajalah.... dll". Mari saya mengajak diri saya sendiri dan semua yang membaca tulisan ini untuk sedikit demi sedikit berubah ke arah yang lebih baik.
Dulu yang pernah sempat shalat malam tapi terhenti, mari kita lakukan lagi mulai bulan ini dan seterusnya.
Dulu yang pernah sempat rutin membaca Al Quran dan terkendala sesuatu hal, mari kita baca lagi-lagi dan lagi sampai besok ajal menjemput kita.
Dulu yang sempat berpuasa sunnah, mari kita puasa lagi setelah sebulan penuh kita biasakan berpuasa.
Dulu yang pernah bisa mengontrol pola makan kemudian sekarang menjadi tidak teratur, mari kita teraturkan pola makan dan kesehatan kita melalui puasa ini.
Dulu yang biasa mengatur tata bicaranya dengan orang lain tapi lambat laun menjadi urakan lagi, mari kita tata ulang cara bicara kita di bulan suci ini.

Tulisan ini disampaikan pada saat kuliah subuh tanggal 18 Mei 2018 di Masjid Al Ma'shum, Tajeman, Palbapang, Bantul.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: