Sukses, siapa yang tidak ingin sukses dalam hidupnya? Berapa orang sukses yang anda ketahui? apakah mereka tidak ingin sukses? Sebenarnya semua orang pingin sukses dalam belajar dan menjadi orang sukses, tapi... kenapa hanya sedikit yang sukses? Jawabannya simpel banyak yang tidak tahu cara untuk sukses.
Sebenarnya untuk tahun ini, 2018 aku belum terlalu pantas untuk bilang ini karena memang belum banyak hal-hal sukses yang saya raih, tapi paling tidak saya menganggap saya sendiri sukses dalam belajar baik selama di sekolah, kuliah, maupun organisasi. Mengapa saya bisa seperti itu, apa sebenarnya kunci sukses dalam belajar?
Ada yang bilang Kerja Keras, ya. memang kita harus kerja keras di setiap usaha kita. Tapi sebenarnya bukan.. kuli bangunan, tukang becak dan petani konvensional semua kerja keras. Sukseskah mereka?
Ada yang bilang Kerja Cerdas, apasih sebenarnya kerja cerdas? itu kang orang yang berpendidikan tinggi, prestasi, juara lomba, bekerja/ belajar dengan berbagai tips dan trik. Saya punya beberapa teman yang berprestasi dalam sekolah atau kuliah bahkan juara I pada saat itu, sekarang ngapain? nganggur, kerja serabutan, ngojek paling banter kerja di tempat lain menjadi karyawan/ buruh yang sulit berkembang. Banyak juga teman-teman saya yang kuliah lulus S1 yang masih bingung mencari kerja. Jadi, apakah cerdas jaminan kita menjadi sukses di kemudian hari?
Jujur, ya kita tahu semua jujur adalah sifat utama yang harus dimiliki setiap orang jika ingin mendapatkan kepercayaan dari orang lain, tapi pernahkan anda melihat teman anda yang jujur tapi tidak sukses dalam belajar?
Kemudian ada yang pernah bilang pada saya kunci sukses yang dia yakini, Persisten. yaitu bekerja dan belajar secara konsisten sesuai dengan target yang kita yakini dan kita buat diawal. Konsisten atau kita sebut istiqomah adalah hal yang diajarkan dalam Islam dan menjadi kunci dari setiap perbuatan kita baik itu ibadah atau yang lain. Ada yang hadist mengatakan bahwa satu ibadah yang konsiten tapi sedikit akan lebih bagus daripada satu ibadah yang besar tapi dilakukan hanya sekali. Ya benar, persisten, konsisten atau istiqomah adalah kunci sukses dalam belajar.
Tapi kita ingat satu hal, kesuksesan yang sebenarnya adalah komposisi dari berbagai hal. Kita tidak bisa sukses hanya dengan persisten tapi kita tidak jujur sehingga kepercayaan kita dihadapan orang lain hancur. Kita tidak bisa sukses jika hanya jujur saja tapi tidak cerdas, endingnya kita terlalu polos dan mudah sekali dibohongi.
Banyak sekali sebenarnya kunci sukses dan sebenarnya saat saya ditanya "kang siddicq, apa sebenarnya kunci sukses menurut anda? saya menjawab tidak tahu, karena memang itu adalah kompisisi kompleks dari berbagai sifat yang buaanyak, tidak hanya satu, dua bahkan sepuluh sifat. Bisa jadi sukses adalah kombinasi dari semua sifat baik-baik.
Tapi saya tau satu Kunci Kegagalan, yaitu BERHENTI. begitu anda berhenti anda pasti gagal, pasti. apapun. apapun yang anda lakukan sehebat apapun kondisi anda sekarang, tapi jika anda berhenti tidak belajar, tidak beradaptasi, tidak mengikuti perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan anda pasti gagal. Jika saja anda sekarang kaya, tapi kalau berhenti bekerja tunggu saja saat anda berubah menjadi miskin. Jika saja anda sekarang pintar matematika tapi jika tidak pernah belajar dan tidak pernah diasah pasti akan hilang juga ilmunya. Tapi walaupun anda sekarang gagal tapi jika anda terus belajar, bekerja dan berusaha tanpa berhenti saya yakin anda bisa saja menjadi sukses. Kuncinya jangan berhenti dengan kondisi anda sekarang. Jika saja berhenti, tunggu saja masa masa kehancuran anda.
Mengapa saya bisa mengatakan ini, karena ini didapatkan dari hasil praktek belajar saya sewaktu sekolah, kuliah ataupun organisasi. Seperti pada saat saya UN SMP, dulu waktu latihan (namanya try out kalau dulu) pernah bangga saat mendapatkan nilai 4 karena banyak yang dibawah itu, sampai lulus dengan nilai rata-rata 8.5 dan termasuk dalam ranking 6 besar satu sekolah. kemudian saya ingin masuk ke jenjang berikutnya, SMK terbaik di jogja dengan jurusan terbaik di sekolahnya. Saya masuk ke SMK 3 Yogya (atau lebih dikenal dengan STM 2 Jogja ada juga yang menyebutnya dengan Vozter) di jurusan Teknik Komputer Jaringan di peringkat 2 paling bawah saat seleksi masuk dari 36 siswa satu kelasnya. Tapi saya lulus dengan nilai UN rata-rata 8.8 ranking 10 besar satu sekolah. Kemudian setelah lulus dari SMK saya berbeda dengan teman-teman seangkatan yang diterima kerja di perusahaan besar. Saya ingin kuliah di UIN Suka Jogja bukan di jurusan IT seperti jurusan SMK, tapi jurusan PAI yang tidak ada hubungannya dengan SMK jurusan TKJ. Dengan belajar ala kadarnya berbekal aplikasi dowloadan dan minta teman, akhirnya lulus masuk ke UIN seperti yang diinginkan dan ditempatkan di kelas E dari total 6 kelas seangkatan, dan satu kelas terdiri dari 40 orang kala itu kalau tidak salah. dari jalur SBMPTN kita ditempatkan di kelas C, D dan E, anda bisa mengira di saya di tingkat berapa ketika masuk? tapi saya lulus dengan waktu kurang dari 4 tahun dengan IP 3.67 dengan predikat Cumlaude dan skirpsi saya diabadikan menjadi Jurnal Ilmiah "INKLUSI" (ini linknya). Selain itu saat kelulusan saya ditempatkan di barisan awal yang artinya saya termasuk lulusan terbaik ke 4 se-fakultas. Tidak hanya itu, saya sering menjadi panitia atau peserta event nasional dan internasional, nginap di hotel berbintang seharga ratusan ribu rupiah permalam dengan gratis dan dibayar. Mendapatkan 3 beasiswa selama kuliah ditambah diminta dosen untuk membantu beberapa penilitiannya. Terbang ke lombok nginap di hotel bareng Jokowi dan menjadi juru bahasa isyarat di acara Musyawarah Nasional NU bareng presiden RI dan tokoh tokoh besar NU gratis dan dibayar (ini link berita dari nu.or.id).
Bukan masalah angka dan kesombongan yang menjadi titik fokus utama dalam perbincangan diatas. Tapi bagaimana saya bisa mencapai itu, apakah saya berhenti saat saya gagal? apakah saya berhenti di kondisi mapan saya? apakah saya berhenti saat saya tahu gagal diawal? Tidak, tidak, tidak. Saya tetap terus berusaha dan berusaha dengan target bahwa besok di kemudian hari saya akan menjadi Konsultan Pendidikan Inklusi dan Penulis Buku Best Seller Nasional. dan sebagai konsultan, kita harus sukses dan mengetahui semua seluk beluk pendidikan inklusi dulu. Saya memang belum sesukses pak Jokowi (presiden RI), Anis Baswedan (Gubernur JKT), Yudian Wahyudi (Rektor UIN jogja), Arif Maftuhin (Ketua PLD), Deddy Corbuzier (anda pasti tahu lah) dan orang-orang sombong lainnya. ah, dan kenapa sih saya malah ngefans sama orang-orang sombong..
Saya bukan menyumpahi anda, bukan memprediksi, bukan juga meramal. Tapi kalau ANDA BERHENTI BERARTI ANDA GAGAL
0 Comments: