Lagi, rokok menjadi sorotan publik nomer wahid di Indonesia bulan ini (Agustus 2016) setelah dulu pernah heboh karena penentuan dilarangnya hukum merokok dari golongan ormas Islam tertentu. Hal ini diawali dengan tersebarnya isu bahwa rokok akan naik menjadi 50 ribu perbungkus mulai awal September ini. Selang beberapa hari, muncul lagi broadcast harga rokok yang naik secara detail. Bagaimana tidak menjadi bahan perbincangan publik, barang yang paling laris dan dikonsumsi secara masif dan konsisten ini mendadak naik dua kali lipat harganya. Banyak sekali analisis yang muncul didunia maya. Mulai dari segi politik, ekonomi, kesehatan hingga golongan agama. Kebenaran isu ini juga masih dipertanyakan hingga kini, berikut dengan analisis-analisis hoax-nya. Dalam tulisan ini pengetik memberikan analisis bukan dari sisi itu melainkan wujud barang rokok itu sendiri adalah candu.
Candu, siapa yang tidak punya makanan dan minuman favorit? Hampir setiap orang tidak bisa dinafikan menyukai barang tertentu yang berbeda dari orang lain. Kadar kesukaannya juga bermacam-macam, ada yang sekedar ingin saja atau harus mengkonsumsi seminggu sekali, hingga wajib mengkonsumsi setiap hari bahkan setiap waktu. Kecanduan ini menurut perkembangannya tidak hanya barang konsumsi dalam arti makanan dan minuman saja. Sekarang candu ini bisa berupa teknologi dan perasaan, seperti kecanduan game online baik di komputer atau di hape pintar. Bisa juga kecanduan perasaan ingin bertemu pasangannya atau orang yang disenangi secara terus menerus (bagi yang punya). Bahkan yang lebih parah adalah kecanduan pornografi, baik secara pasif atau aktif. Hal ini menurut fenomena psikologi wajar, karena keinginan manusia adalah unik dan setiap orang memiliki kecenderungan masing-masing.
Memang pengetik dalam hal ini tidak memiliki kecanduan terhadap rokok, bahkan bukan perokok aktif. Namun saat pengetik setres, ngantuk dan ingin lembur kopi adalah benda utama yang bisa membantu meningkatkan mood dan lebih menjernihkan fikiran. Sebenarnya bukan candu juga, pasalnya terkadang pengetik lembur dan melakukan beberapa pekerjaan tidak dengan kopi juga bisa. Tapi lebih baik ditambah kopi. Mungkin hal ini yang dirasakan oleh pembaca semuanya dengan objek candu yang berbeda.
Kita kembali ke rokok sebagai candu. Banyak orang mengidap candu terhadap benda yang satu ini, bahkan seluruh manusia di Indonesia lintas budaya, usia dan pekejaan. Dikalangan santri, pelajar, pekerja kantoran, pekerja bangunan, para sopir dan lain-lain sangat menginginkan benda ini. Ada yang memang sifatnya main-main dan biar terlihat macho, ada juga yang levelnya candu seperti yang pengetik rasakan terhadap kopi. Ada juga yang menjadi doping penunjang pekerjaan sehingga harus mengkonsumsi setiap dia bekerja agar lebih lancar, Saat pekerjaan itu tidak dibarengi dengan rokok akan kacau.
Coba saja bayangkan kalau candu yang satu ini ditingkatkan harganya dua kali lipat. Mungkin tidak akan terjadi demo seperti kenaikan bbm, tapi bisa jadi harga barang dipasaran akan melambung tinggi. Bayangkan saja, sopir truk pengantar barang, dia bisa dalam 7 hari tidak tidur untuk mengantar barang asalakan rokoknya tidak berhenti. Tukang bangunan, pekerjaan berat yang dia lakukan akan terasa ringan jika dibantu rokok. Dan para pekerja-pekerja lain yang membutuhkan rokok sebagai sumber inspirasi. Kalau rokok dinaikan, para pekerja yang wajib membutuhkan rokok ikut minta dinaikan gajinya, hal ini sangat berefek pada naiknya harga barang dipasaran. Bayagkan saja..... Jika tidak dinaikan gajinya mungkin banyak hal buruk terjadi diluar skenario kita. Bukannya mengancam tapi hal ini sangat mungkin terjadi.
Sebenarnya candunya merokok sama dengan kalian dengan candu kalian. Bagaimana rasanya kalau candu kalian itu menjadi barang langka yang sulit didapatkan dan mahal harganya? Kalau kalian harus mengkonsumsi barang tersebut, kalau tidak menikmatinya akan mengganggu kinerja kalian. Apakah akan tetap mencari barang itu atau berpindah ke barang lain? Coba menjadi sisi penikmat rokok sebelum melarang merokok.
Mungkin juga rokok banyak dipandang memiliki banyak madhorot-nya (bahayanya) disisi kesehatan. Seperti melahirkan kanker ini itu, tidak baik untuk rahim dan anak-anak dan lain lain. Tidakkah kalian melihat layar yang kalian lihat itu juga sangat berbahaya bagi mata anda? Sinar ultraviolet biru bisa menyebabkan iritasi mata ringan, mata kering, mata pegal, mata minus, dan akhirnya bisa menimbulkan kebutaan. Kendaaraan bermotor yang anda naiki setiap hari akan menghasilkan polusi udara, menyebabkan kemacetan, kecelakaan, dan lain lain. Tengok lagi barang-barang yang anda konsumsi, sudah amankah secara kesehatan?
Pengetik tidak berharap pembaca untuk melakukan aksi terhadap kenaikan harga rokok ini. Pengetik hanya mengajak untuk lebih cerdas dan melihat semua hal dari berbagai sisi, sehingga perilaku yang ditimbulkan tidak bersifat subjektif.
Selamat menikmati candu kalian masing-masing...
0 Comments: