Semenjak zamannya
Pak Jokowi dengan menterinya Pak Anis Baswedan ketika tahun 2014 UNBK untuk
pertama kalinya dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia. Walaupun baru 2
sekolah saja ketika yang menjadi model percontohan tapi sekarang di tahun 2019 sudah
96.3% (sekitar 69.568 sekolah dari 72.241 total seluruh sekolah semua jenjang
di Indonesia). Sedangkan untuk jenjang SMP/ MTs di wilayah Yogyakarta sendiri
sudah 99.82% yang sudah menjalankan UNBK. (KEMENDIKBUD RI, 2018b). Sungguh prestasi yang luar biasa bagi KEMENDIKBUD DASMEN periode ini
hanya dengan 5 tahun atau 1 periode pemerintahan bisa mengubah UNKP menjadi
UNBK di hampir semua sekolah di Indonesia.
Tapi sebenarnya
mengapa pemerintah memutuskan untuk menjadikan Ujian Nasional ini menjadi
berbasis komputer? Setelah ditelisik lebih dalam ternyata ada beberapa
keuntungan pelaksanaan ujian komputer dengan ujian kertas.
Pertama, jelas sekali pelaksanaan UNBK sangat memangkas biaya pelaksanaan
maupun persiapan ujian dibandingkan dengan UNKP. Sebelum UNBK dilaksanakan
pemerintah menyiapkan dana sekitar 135 Milyar Rupiah hanya untuk penggandaan
dan distribusi soal, namun tahun 2017 kemarin hanya mengeluarkan 35 Milyar
Rupiah (dengan rasio UNBK 78:22 UNKP) (Advertorial, 2018). Kalau sekarang sudah 96% pasti anggaran itu bisa berkurang lagi.
Untuk penyelenggaraan UNBK sendiri kebanyakan biaya sudah dibelanjakan oleh
Sekolah/ Madrasah masing-masing melalui dana BOS/ BOP mulai dari pengawas,
proktor, teknisi, panitia, maupun berkas administrasi cetak yang nanti di upload
di web UNBK. Sehingga dalam pelaksanaan dan persiapan UNBK bisa dibilang nol
biaya distribusi karena semua berkas termasuk soal dan berita acara dikirim
melalui sinkronisasi ke server lokal sekolah.
Kedua, Distribusi super gampang melalui sinkronisasi didukung dengan
internet yang stabil akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan mendistribusikan
soal dari jawab ke seluruh antero Indonesia Raya sampai berhari-hari melewati
gunung dan lembah. Memang sinkronisasi memang memiliki suka duka tersendiri
bagi proktor, teknisi dan panitia bahkan kepala sekolah juga terkadang ikut
panik saat belum bisa sinkronisasi (terutama bagi sekolah dengan siswa yang
banyak). Terkadang ada proktor dan teknisi yang rela begadang bahkan menginap
di sekolah hanya karena ingin sinkronisasi. Ditambah jadwal sinkronisasi yang
seenaknya sendiri diajukan dan dimundurkan sama server pusat. Pengalaman
kemarin saya sinkronisasi pada simulasi 1 bulan Desember 2018 jadwal awalnya
minggu dan senin, setelah ditunggu hingga hari senin ternyata muncul pengumuman
kalau jadi hari selasa siang, eh tapi senin malam jam 10 ada pengumuman bahwa
sudah bisa sinkron. Para Proktor dan teknisi yang gigih langsung berangkat ke
sekolah untuk sinkronisasi, tapi saya lebih memilih untuk pagi harinya saja dan
alhamdulillah prosesnya tidak sampai 20 menit. Ya walaupun ada suka duka
begitu, saya lebih mending distribusi soal dan jawaban melalui sinkronisasi
seperti ini sangat hemat biaya dibandingkan harus mengirimkan pakai kapal,
pesawat, bus, mobil, motor, belum lagi harus minta bantuan kepolisian untuk
mengamankan paket soal supaya tidak kecolongan. Super duper ribet jika
dibandingkan hanya beberapa kali klik dan menunggu 20an menit saja di depan
komputer.
Ketiga, Pengadaan Komputer yang banyak sekali manfaatnya, salah satunya Menjadikan anak-anak tidak gaptek karena memang
ujiannya menggunakan komputer. Walaupun hanya klik-klik next dan tinggal jawab
di komputer tanpa setting bagi anak seperti ini sudah menjadi pengalaman
tersendiri. Sebab di zaman yang serba terkomputerisasi sekarang ini masih saja
ada anak yang belum pernah mengoperasikan atau bahkan memegang komputer. Dengan
adanya UNBK ini diharapkan menjadi salah satu stimulus IT yang bagus bagi
anak-anak. Begitu juga bagi guru-guru para teknisi, proktor atau panitia harus
juga bisa men-setting seluruh persiapan dan pelaksanaan UNBK penuh dengan
bahasa-bahasa IT. Mungkin bagi sekolah-sekolah besar di tengah kota tidak
merasakan hal ini, namun bagi sekolah kecil di daerah-daerah adanya komputer
dan internet bisa mengubah pola pembelajaran dan kinerja di sekolah secara
tidak langsung. Mungkin dulu saat belum ada komputer sekolah tetap bisa
berjalan dengan lancar dan tanpa kendala. Tapi bayangkan saja dengan adanya lab
komputer dan internet anak-anak bisa belajar mengajar melalui sarana IT, ada
ekstrakurikuler atau mapel tentang IT, anak-anak bisa belajar berselancar di Internet,
guru-guru bisa bersamaan mengerjakan perangkat pembelajaran, guru-guru bisa
dengan mudah berkolaborasi dan membuat pembelajaran menjadi kreatif melalui lab
komputer dan lain-lain. Namun masih ada juga kemarin saya mendengar seorang
kepala sekolah berkata “terus kalau setelah UNBK, komputer sebanyak itu mau
diapain?”. Semuanya tinggal tergantung yang menggunakan. Pasti akan sangat
bermanfaat komputer dan internet jika memang sudah digunakan sebagaimana
mestinya.
Memang pengadaan
komputer adalah tidak murah, namun juga tidak begitu mahal kalau memang tahu
celah-celahnya. Memang pemerintah mempunyai kewajiban untuk membelikan komputer
ke seluruh sekolah yang ada di Indonesia, namun ya jangan begitu naif hanya
menunggu pahlawan yang datang membawakan komputer terus sekolah tidak berusaha
apa-apa kecuali jualan proposal. Sangat mungkin bagi setiap sekolah untuk
mengadakan komputer bagi sekolahan beserta jaringannya. Dalam artikel
berikutnya akan saya bahas bagaimana sekolah kecil bisa mengadakan UNBK dengan
budget yang minim. Server sekolah seharga 6jt, komputer klien 2jt, installasi
jaringan 700rb internet 350rb per bulan dan yang terpenting semua sudah masuk
kriteria penganggaran dari BOS dan BOP. Sebab dari BOS dan BOP sudah dibahas
semua dan memang boleh untuk membelanjakan itu semua.(KEMENDIKBUD RI, 2018a)
Keempat, Efisiensi kinerja Sekolah untuk UNBK karena yang menjadi pokok
persiapan dan pelaksanaan UNBK hanyalah Proktor dan Teknisi. Cukup 2 orang saja
yang menjadi pokok utama untuk mengatasi UNBK per server (maksimal 2 ruang atau
64 siswa). Sedangkan guru atau panitia lain cukup menjaga stabilitas sekolah
dan menjadi pengawas ujian. Bahkan pengawas ujian pun sekarang tidak perlu
repot-repot mengawasi anak yang ujian karena memang ujian menggunakan komputer
jauh lebih mudah dan tanpa repot jika dibandingkan dengan UNKP
Kelima, Meningkatkan kejujuran anak dengan berbagai
paket variasi soal yang tersedia. Saat pelatihan proktor dan teknisi kemarin
saya diberitahu kalau data 5 dan 6 merupakan jumlah variasi paket soal dan data
siswa dari pusat saat sinkronisasi. Ketika saya coba memang benar datanya ada
sekitar 1600-an data padahal siswa kelas 9 saya hanya 16 siswa. Bayangkan saja
hanya dengan 16 siswa namun tetap di beri 1600 variasi dari seluruh soal yang
ada. Jika kita hitung-hitungan sederhana 1600 dibagi 4 mapel (Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, Bahasa Inggris) ada 400 soal untuk setiap mapelnya. Dari hitung-hitungan
sederhana saja begitu banyak variasi soal yang ada, jadi ini akan sangat
meminimalisir kesamaan soal untuk setiap anaknya. Yang saya lihat kemarin di
simulasi 1 gambar soal mungkin sama (sebut saja sama-sama segitiga disuruh
mencari tingginya) namun tetap saja ada angkanya yang beda. Diharapkan dengan
adanya seperti ini kasus mencontek sedikit demi sedikit bisa terkurangi.
Advertorial. (2018, March 15). Kemendikbud: UNBK
Efektif Tingkatkan Indeks Kejujuran. Retrieved December 30, 2018, from
https://news.detik.com/read/2018/03/15/125926/3918049/727/kemendikbud-unbk-efektif-tingkatkan-indeks-kejujuran
KEMENDIKBUD RI.
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah, Pub. L. No. 1, 126 (2018).
KEMENDIKBUD RI.
(2018b, December 30). Ujian Nasional Berbasis Komputer 2018/2019. Retrieved
December 30, 2018, from https://unbk.kemdikbud.go.id/
0 Comments: